Kamis, 23 Juni 2011

Sukses Ekonomi Ponpes Sidogiri

Jum’at (27/5) saya memenuhi undangan pondok pesantren Darullughah Wal Karomah menghadiri presentasi dari Tim Baitul Mal Wattamwil (MBT) pondok pesantren Sidogiri. Acara tersebut dihadiri Ustad Sholeh, perwakilan BMT. Beliau menjelaskan, bahwasanya pondok pesantren Sidogiri tercatat sukses mengelola perekonomian karena mereka mampu mengelola potensi yang ada.

Ada beberapa potensi yang dimiliki pondok pesantren Sidogiri yang tidak dimiliki oleh pesantren lainnya. Di antaranya, jaringan santri, Jaringan santri ini meliputi semua santri dan wali santri pondok pesantren Sidogiri. Ada juga jaringan madrasah ranting yang meliputi semua madrasah yang menjadi ranting madrasah Miftahul Ulum pondok pesantren Sidogiri. Selain, jaringan urusan guru tugas, yaitu pondok pesantren di seluruh Indonesia yang menjadi tempat santri kelas akhir bertugas mengajar. Ada pula jaringan alumni, yakni semua alumni pondok pesantren Sidogiri. Semua jaringan ini dimanfaatkan oleh pondok pesantren Sidogiri untuk mejadi anggota di BMT sekaligus menjadi konsumen kopontren pondok pesantren Sidogiri.
Sejak berdiri, hingga tahun 2011 BMT Sidogiri sudah memiliki 130 cabang di Jawa Timur dan 8 cabang di Kalimantan. Dari 138 cabang MBT Sidogiri sudah merekrut 101 alumni sebagadai karyawan. Sejarah berdirinya BMT Sidogiri berawal dari keprihatinan KH Nawawi (alm) karena banyak santri yang melanggar, kemudian permasalahan ini diteliti, ternyata, makanan yang dibeli oleh santri di warung-warung di sekitar pondok pesantren Sidogiri berasal dari uang haram, uang yang didapat dari rentener dengan suku bunga mencapai 33 persen.
Melihat fenomena tersebut akhirnya dimusyawarahkan untuk didirikan lembaga keuangan syariah atas permintaan para pedagang nasi yang ada di lingkungan pondok pesantren Sidogiri. Dan tahun 1991 berdirilah lembaga keuangan bermama Mashlahah Mursalah lil Ummah (MMU) yang sekarang bernama Baitul Mal Wattamwil. Dengan modal awal Rp 13.500.000 pada tahun 1997, lembaga keuangan ini mendapat badan hukun Jawa Timur dan tahun 2010 mendapat badan hukum nasional. Menurut ustad Sholeh, kesuksesan ini merupakan pertolongan dari Allah SWT semata. Karena secara logika orang yang hanya belajar qoma zaidun (kitab kuning) tentu tak pernah belajar ilmu akuntansi dan tidak akan mampu dalam mengelola uang.
Untuk membaca artikel aslinya click  di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar